Minggu, 07 Oktober 2012

PERNALARAN INDUKTIF




 PERNALARAN INDUKTIF
Dalam artikel yang saya buat ini saya akan membahas masalah pernalaran induktif dari berbagai sumber buku yang say abaca, sebelum saya menjelaskan masalah pernalaran induktif alangkah baiknya saya akan menjelaskan apa itu definisi pernalaran tersebut.
Pernalaran dalam cakupan umum merupakan system berpikir manusia dengan menghubungkan data dan fakta yang ada menjadi suatu simpulan, dan menurut bahasan dalam ilmu bahasa Indonesia Pernalaran adalah proses penafsiran data sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan. Dan menurut sumber buku yang lain, pernalaran adalah cara berpikir logis dan masuk akal, dalam wujudnya yang nyata, cara berpikir itu berupa kegiatan yang menghubung – hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai kepada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu benar cara kita menghubung – hubungkan data tidak boleh sembarangan kita harus menghubungkan secara cermat dengan dasar pemikiran yang logis sebab pernalaran yang salah dapat menghasilkan kesimpulan yang salah pula.
Ada dua cara penarikan pernalaran yaitu dengan cara deduktif dan cara induktif, Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas cara penarikan induktif, Pernalaran Induktif dan dibagi menjadi tiga, yaitu : Generalisasi, Analogi, dan hubungan Kausal.
Menurut sumber buku yang saya baca, Pernalaran Induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunkan suatukesimpulan (Inferensi) yang berlaku umum, Sedangkan Pernalaran Deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala, atas prisip umum itu ditarik tentang suatu kesimpulan yang khusus yang merupakan bagian hal atau gejala umum diatas.
1.      Generalisasi : Proses berpikir berdasar pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat  sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Untuk membuat Generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut :
a.  Cukup memadai yang artinya gejala gejala khusus atau sampel yang diamati sebagai dasar penarikan simpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka generalisasi itu akan meluas, gejala yang diamati perlu dilihat jenisnya. Misal untuk menguji produk minyak goreng dalam satu hari cukup diteliti beberapa gram saja.
b.      Cukup mewakili yang artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili populasi misal disuatu fakultas yang terdiri dari tiga progam studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1,2,3,4  dan sampel harus diambil yang mewakili kelas yang ada.
c.    Kekecualian yang berarti jika kesimpulan terdapat banyak pengecualian maka tidak dapat diambil generalisasi. Dalam hal ini hindari kata setiap, semua, gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata – rata dan sebagainya.
Contoh dari generalisasi : Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, merokok dapat menimbulkan masalah pada saluran pernapasan, merokok dapat memicu timbulnya kanker, jadi, merokok dapat menimbulkan banyak penyakit.
2.      Analogi : proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatau gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lainnya yang memiliki sifat- sifat atau cri – cirri essensial penting yang bersamaan. Yang diperhatikan dalam analogi adalah persamaan yang dipakai dasar simpulan benar – benar memiliki kesamaan dan cirri essensial yang penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh : *Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak manusia.
*Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan seseorang yang mendaki gunung, sewaktu mendaki ada saja rintangan yang menghalangi seperti jalan yang licin yang membuat orang jatuh, ada pula semak belukar yang sulit untuk dilalui. Begitu pula dengan seseorang yang menuntut ilmu, seseorang akan menemui banyak kesulitan, dari kesulitan ekonomi, memahami pelajaran dan sebagainya.
3. Hubungan kausal : cara pernalaran yang diperoleh dari peristiwa – peristiwa yang memiliki  pola sebab – akibat. Pernalaran hubungan kausal dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Sebab – Akibat : pernalaran jenis ini diawali dengan mengungkapkan berbagai peristiwa yang merupakan sebab, sampai ke simpulan yang merupakan akibat.
Contoh : hujan berturut turut mengguyur desa kami, air sungai berangsur angsur naik. Jalan dan halaman rumah pun mulai digenangi air. Akhirnya banjir pun melanda desa kami.
b. Akibat – Sebab : jenis ini diawali dengan pemaparan berbagai peristiwa sebagai akibat, lalu dianalisis dan ditarik sebabnya.
Contoh : Budi rajin belajar, nilai ulangan Budi selalu memuaskan. Dibidang ekstrakulikuler, prestasinya juga menonjol. Prestasi yang membanggakan adalah ia mendapat kesempatan mengikuti perlombaan matematika, untuk itu pihak sekolah memilih Budi sebagai siswa teladan.

c. Sebab, Akibat 1, Akibat 2 : Pernalaran ini memaparkan suatu peristiwa sebagai penyebab yang diikuti oleh serangkaian peristiwa sebagai akibat.
Contoh : Pada bulan mei, pemerintah memutuskan menaikan harga BBM, sebagai dampak akibat naiknya harga minyak dunia. Langkah ini diambil untuk menyelamatkan APBN, akibatnya ongkos transportasi merangkak naik, dan kenaikan ongkos transportasi berdampak pada melonjaknya harga kebutuhan pokok.


Sumber buku :
§  Intisari Bahasa Indonesia untuk SMA, Diana Nababan, Page 126
§  Bahasa Indonesia di Perguruan Tnggi, Minto Rahayu , Page 41, Grasindo
§  Bahasa Indonesia 3,Sri Sutarni ,S.Pd , Drs Sukardi, M.Pd, Page 119, Quadra
§  Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Asul Wiyanto, page 179, Grasindo