PERNALARAN INDUKTIF
Dalam
artikel yang saya buat ini saya akan membahas masalah pernalaran induktif dari
berbagai sumber buku yang say abaca, sebelum saya menjelaskan masalah
pernalaran induktif alangkah baiknya saya akan menjelaskan apa itu definisi
pernalaran tersebut.
Pernalaran
dalam cakupan umum merupakan system berpikir manusia dengan menghubungkan data
dan fakta yang ada menjadi suatu simpulan, dan menurut bahasan dalam ilmu
bahasa Indonesia Pernalaran adalah proses penafsiran data sebagai dasar untuk
menarik suatu kesimpulan. Dan menurut sumber buku yang lain, pernalaran adalah
cara berpikir logis dan masuk akal, dalam wujudnya yang nyata, cara berpikir
itu berupa kegiatan yang menghubung – hubungkan data atau fakta yang ada
sehingga sampai kepada suatu kesimpulan. Supaya kesimpulan itu benar cara kita
menghubung – hubungkan data tidak boleh sembarangan kita harus menghubungkan
secara cermat dengan dasar pemikiran yang logis sebab pernalaran yang salah
dapat menghasilkan kesimpulan yang salah pula.
Ada
dua cara penarikan pernalaran yaitu dengan cara deduktif dan cara induktif,
Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas cara penarikan induktif, Pernalaran
Induktif dan dibagi menjadi tiga, yaitu : Generalisasi,
Analogi, dan hubungan Kausal.
Menurut
sumber buku yang saya baca, Pernalaran
Induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena atau gejala individual untuk menurunkan suatukesimpulan (Inferensi)
yang berlaku umum, Sedangkan Pernalaran
Deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan
yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala, atas prisip umum itu ditarik
tentang suatu kesimpulan yang khusus yang merupakan bagian hal atau gejala umum
diatas.
1. Generalisasi
: Proses berpikir berdasar pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum
mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Untuk membuat Generalisasi
harus memenuhi ketentuan berikut :
a. Cukup
memadai yang artinya gejala gejala khusus atau sampel yang diamati sebagai
dasar penarikan simpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai,
maka generalisasi itu akan meluas, gejala yang diamati perlu dilihat jenisnya. Misal
untuk menguji produk minyak goreng dalam satu hari cukup diteliti beberapa gram
saja.
b. Cukup
mewakili yang artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai
generalisasi atau sampelnya mewakili populasi misal disuatu fakultas yang
terdiri dari tiga progam studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat
1,2,3,4 dan sampel harus diambil yang
mewakili kelas yang ada.
c. Kekecualian
yang berarti jika kesimpulan terdapat banyak pengecualian maka tidak dapat
diambil generalisasi. Dalam hal ini hindari kata setiap, semua, gunakan kata
cenderung, pada umumnya, rata – rata dan sebagainya.
Contoh
dari generalisasi : Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung, merokok dapat
menimbulkan masalah pada saluran pernapasan, merokok dapat memicu timbulnya
kanker, jadi, merokok dapat menimbulkan banyak penyakit.
2. Analogi
: proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran
suatau gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lainnya yang memiliki
sifat- sifat atau cri – cirri essensial penting yang bersamaan. Yang
diperhatikan dalam analogi adalah persamaan yang dipakai dasar simpulan benar –
benar memiliki kesamaan dan cirri essensial yang penting yang berhubungan erat
dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh
: *Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak
manusia.
*Seseorang yang menuntut ilmu sama
halnya dengan seseorang yang mendaki gunung, sewaktu mendaki ada saja rintangan
yang menghalangi seperti jalan yang licin yang membuat orang jatuh, ada pula
semak belukar yang sulit untuk dilalui. Begitu pula dengan seseorang yang
menuntut ilmu, seseorang akan menemui banyak kesulitan, dari kesulitan ekonomi,
memahami pelajaran dan sebagainya.
3. Hubungan
kausal : cara pernalaran yang diperoleh dari peristiwa – peristiwa yang
memiliki pola sebab – akibat. Pernalaran
hubungan kausal dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Sebab – Akibat : pernalaran jenis ini
diawali dengan mengungkapkan berbagai peristiwa yang merupakan sebab, sampai ke
simpulan yang merupakan akibat.
Contoh
: hujan berturut turut mengguyur desa kami, air sungai berangsur angsur naik. Jalan
dan halaman rumah pun mulai digenangi air. Akhirnya banjir pun melanda desa
kami.
b. Akibat – Sebab : jenis ini diawali
dengan pemaparan berbagai peristiwa sebagai akibat, lalu dianalisis dan ditarik
sebabnya.
Contoh
: Budi rajin belajar, nilai ulangan Budi selalu memuaskan. Dibidang
ekstrakulikuler, prestasinya juga menonjol. Prestasi yang membanggakan adalah
ia mendapat kesempatan mengikuti perlombaan matematika, untuk itu pihak sekolah
memilih Budi sebagai siswa teladan.
c. Sebab, Akibat 1, Akibat 2 :
Pernalaran ini memaparkan suatu peristiwa sebagai penyebab yang diikuti oleh
serangkaian peristiwa sebagai akibat.
Contoh
: Pada bulan mei, pemerintah memutuskan menaikan harga BBM, sebagai dampak
akibat naiknya harga minyak dunia. Langkah ini diambil untuk menyelamatkan APBN,
akibatnya ongkos transportasi merangkak naik, dan kenaikan ongkos transportasi
berdampak pada melonjaknya harga kebutuhan pokok.
Sumber
buku :
§ Intisari
Bahasa Indonesia untuk SMA, Diana Nababan, Page 126
§ Bahasa
Indonesia di Perguruan Tnggi, Minto Rahayu , Page 41, Grasindo
§ Bahasa
Indonesia 3,Sri Sutarni ,S.Pd , Drs Sukardi, M.Pd, Page 119, Quadra
§ Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, Asul Wiyanto, page 179, Grasindo